GANGGUAN
KEPRIBADIAN
Gangguan
kepribadian adalah gangguan yang sangat heterogen, diberi kode pada Aksis II
dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang
bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspetasi
budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian
sosial dan pekerjaan (Gerald, 2004).
Gangguan
kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR sebagai berikut:
1. Para
individu dalam kelompok A adalah individu yang aneh atau eksentrik. Gangguan
kepribadian yang termasuk kelompok A yaitu paranoid, skizoid, dan skizotipal.
2. Mereka
yang berada dalam kelompok B adalah individu yang dramatis, emosional, atau
eratik. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok B yaitu antisosial,
ambang/borderline, histrionik, dan narsistik.
3. Mereka
yang berada dalam kelompok C adalah individu yang pencemas atau ketakutan.
Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok C yaitu menghindar, dependen,
dan obsesif-kompulsif.
I.
Kelompok
A (Kelompok Aneh/Eksentrik)
A.
Gangguan
kepribadian paranoid
Definisi
Individu yang
didiagnosis dalam gangguan kepribadian ini akan dipenuhi keraguan yang tidak
beralasan terhadap kesetiaan orang lain dan akan selalu mencurigainya. Gangguan
kepribadian ini paling banyak terjadi pada laki-laki dan sebagian besar dialami
bersamaan dengan gangguan kepribadian skizotipal, ambang dan menghindar
(Berntein, 1993; Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2 persen (Torgersen,
Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala
· Individu sering menyalahkan
orang lain, tanpa dasar yang cukup, menganggap bahwa orang lain mengeksploitasi dirinya, melukai
atau menipu dirinya
· Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan
kepercayaan dari teman atau
rekan-rekan seasosiasi
·
Individu
enggan bercerita kepada orang
lain karena takut dan beralasan bahwa informasi tersebut akan digunakan untuk
melakukan kejahatan terhadap dirinya
· Individu sering mencurigai maksud
tersembunyi yang dianggap merendahkan
atau mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
· Individu terus-menerus menanggung dendam dan
penghinaan dalam dirinya
· Individu sering membayangkan melihat serangan
terhadap karakter dirinya yang tidak jelas dari orang lain dan cepat bereaksi
dengan marah atau melakukan serangan balik pada orang tersebut
· Individu memiliki kecurigaan yang berulang,
tanpa pembenaran, tentang kesetiaan
pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Etiologi
Beberapa penelitian mengenai
sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid
personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang
yang mengalami skizofrenia
dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang sehat. Dalam Wiramihardja
(2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat
bahwa paranoid personality
disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-oran yang menolak perasaan yang
sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud,
1958; Shapiro, 1965).
Intervensi
· Terapi
yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid yaitu
Cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini dapat membantu individu mengenal
sikap dan perilaku yang tidak sehat,
kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.
· Pendekatan
serius dan terus terang
· Ajarkan
klien untuk memvalidasi ide sebelum bertindak
· Libatkan
klien dalam perencanaan terapi
Contoh kasus
Seorang
pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial untuk
menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang sakit
dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia
terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama
60 tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya.
Dia selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi
pribadi pada siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan
mengambil keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena
ia curiga dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan
namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak
untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat
terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya curiga bahwa
pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang.
B.
Gangguan
kepribadian skizoid
Definisi
Individu yang
mengalami gangguan ini tidak
menginginkan atau menikmati hubungan sosial dengan orang lain dan biasanya
tidak memiliki teman akrab. Selain itu, individu tersebut adalah seorang
penyendiri yang menyukai berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian.
Prevalensinya sedikit lebih kecil pada kaum perempuan dibanding pada kaum
laki-laki (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala
Kriteria gangguan
kepribadian skizoid dalam DSM IV-TR
Terdapat empat atau lebih dari
ciri-ciri berikut ini yang tidak muncul secara eksklusif dalam perjalanan
penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan
perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum:
· Kurang
berminat atau kurang menyukai hubungan dekat
· Hampir
secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
· Kurangnya
minat untuk berhubungan seks
· Hanya
sedikit, jika ada, mengalami kesenangan
· Kurang
memiliki teman
· Bersikap
masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
· Afek
datar, ketidaklekatan emosional
Etologi
Dalam Wiramihardja (2010) menyebutkan
bahwa ahli teori psikoanalisis berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu dan
anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau
menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klein, 1952). Anak yang menunjukkan
hubungan dan emosi sebagai hal yang berbahaya, selanjutnya mereka berdua tetap
jauh dari oaring lain dan juga perasaan mereka sendiri.
Intervensi
· Diberikan
berupa melakukan kegiatan untuk meningkatkan sosialisasi dari pasien itu
sendiri
· Hindari
pengisolasian dan perawatan secara institusional
· Libatkan
pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara berkelompok
· Tingkatkan
fungsi klien dalam masyarakat
· Bantu
klien untuk mendapatkan manajer kasus
Contoh kasus
John, seorang pensiunan polisi berusia 50 th, mengalami
gangguan psikologis sejak anjing kesayangannya mati ditabrak mobil. Sejak itu
ia merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan sulit tidur. Ia
tinggal sendiri dan lebih senang menyendiri. Membatasi kontak dengan orang lain
hanya dengan menyapa “Halo” atau “Apakabar?”, sambil terus berlalu. Ia merasa
bahwa percakapan sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung jika ada
orang lain yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia tidak memiliki minat
sosial yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat berita di tv. Satu-satunya
hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya.
C.
Gangguan
kepribadian skizotipal
Definisi
Merupakan pola
berpikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam bicara dan dalam persepsi
tidak aktual, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial. Kognisi ganjil
dari orang-orang penderita schizotypal personality disorder terbagi menjadi
empat kategori, yaitu:
·
Kategori pertama adalah
paranoia atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai).
Orang-orang dalam kategori ini selalu menganggap orang lain sangat curang dan
memusuhi.
·
Kategori kedua adalah
“referensi ide” (idea of reference).
Meyakini bahwa kejadian-kejadian acak yang ada di sekitarnya berkaitan dengan
mereka.
·
Kategori ketiga adalah odd beliefs and magical thinking yaitu keyakinan aneh dan pemikiran magis.
·
Kategori keempat adalah
illusions yang merupakan halusinasi yang singkat.
Etiologi
Schizotypal Personality Disorder
Sejarah
keluarga, adopsi (pengangkatan anak) dan penelitian mengenai anak kembar,
seluruhnya memberikan pendapat bahwa Schizotypal Personality Disorder merupakan
gangguan yang ditularkan atau disebarkan secara genetis (Nigg & Goldsmith,
1994; Siever dkk., 1998). Orang-orang dengan schizotipal personality disorder
menunjukkan abnormalitasnya dalam struktur otak mereka yang mirip dengan apa
yang tampak pada orang-orang schizophrenia (Dickey, McCarley, & Shenton,
2002; Downhill dkk., 2001).
Gejala
Schizotypal Personality Disorder
Criteria gangguang
kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri
berikut ini dan tidak muncul secara ekspklusif dalam perjalanan penyakit
skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguang perkembangan
pervasive:
·
Ideas
of preference
·
Keyakinan yang aneh
atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap persepsi ekstra indrawi
·
Persepsi yang tidak
biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya
·
Pola bicara yang aneh
·
Kecurigaan yang
ekstrem, paranoia
·
Afek yang tidak sesuai
·
Perilaku atau
penampilan yang aneh
·
Kurang memiliki teman
akrab
·
Rasa tidak nyaman yang
ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem bila berada di antara orang lain.
Intervensi
Kembangkan
keterampilan perawatan diri (klien) dan keterampilan social serta perbaikan
fungsi masyarakat, klien didorong untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
dan membantu klien untuk memutuskan kapan tugas hygiene dan berhias diperlukan.
Dan juga dapat membantu dengan meminta klien untuk membuat daftar orang-orang
di masyarakat yang harus ia hubungi untuk kemudian dapat memperbaiki
keterampilan social klien untuk berbicara jelas kepada orang lain dan mengurangi
perbincangan aneh.
Contoh kasus
Jonathan,
mekanik, pria 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebih memilih membaca novel
fiksi ilmiah dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang bergabung
dalam percakapan dengan oranglain. Suatu saat ia tampak seperti hanyut dalam
pikirannya sendiri. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil di wajahnya. Mungkin
ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang
datang sewaktu-waktu akan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di dekatnya. Keyakinan
ini menenangkan baginya dan ia menantikan terjadinya peristiwa itu kembali.
Jonathan menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba untuk
menyentuh ruh tersebut. Perasaan berada di dekat ruh ibunya merupakan
pengalaman yang cukup menenangkan katanya.
II.
Kelompok
B (Kelompok Dramatik/Eratik)
A.
Gangguan
kepribadian antisosial
Definisi
Gangguan
kepribadian antisocial dan psikopati yang kadang disebut dengan sosiopati
seringkali digunakan bergantian. Perilaku antisocial yang melanggar hokum,
merupakan komponen penting keduanya. Pada gangguan kepribadian antisocial ini,
individu tidak memerhatikan hak orang lain, aturan, dan hokum.
Etiologi
Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati
Peran Keluarga
Berdasarkan
suatu kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang
tua merupakan penyebab utama perilaku psikopatik (McCord dan McCord, 1964).
Perilaku psikopatik berkaitan dengan tidak konsistennya orang tua dalam
mendisiplinkan anak-anak mereka dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap
orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang tua (Marshall & Cooke,
1999; Johnson dkk., 1999).
Korelasi Genetik GKA-Gangguan
Kepribadian Antisosial
Penelitian
menunjukkan bahwa kriminalitas dan gangguan kepribadian antisocial memiliki
komponen keturunan, namun belum dilakukan penelitian perilaku-genetik mengenai
konsep psikopati yang dikembangkan oleh Cleckley dan Hare. Tingkat konflik yang
tinggi dan negasivitas serta kadar kehangatan orang tua yang rendah memprediksi
perilaku antisocial dalam sebuah studio orang kembar yang dilakukan Reiss dkk,
(1995).
Emosi dan Psikopati
Pada
sebuah studi klasik brdasarkan observasi klinis Cleckley, Lykken (1957) menguji
pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki hambatan untuk melakukan tindakan
antisocial karena mereka sangat sedikit mengalami kecemasan. Penelitian Lykken mendukung
pemikiran bahwa psikopat memiliki kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka
menghindari kejut lebih rendah dari kelompok control.
Karakteristik
Gangguan Kepribadian Antisosial dalam DSM-IV-TR
Pola pervasive
dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15 tahun dan
sekurang-kurangnya 3 karakteristik antara 1 hingga 7 ditambah 8 hingga 10:
1.
Berulangkali melanggar
hukum
2. Menipu,
berbohong
3. Impulsivitas
4. Mudah
tersinggung dan agresif
5. Tidak
memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
6. Tidak
bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang tidak reliable
atau tidak memenuhi tanggung jawab keuangan
7. Kurang
memiliki rasa penyesalan
8. Berusia
minimal 18 tahun
9. Terdapat
bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun
10.
Perilaku antisocial
yang tida terjadi secara eksklusif dalam episode skizofrenia atau mania
Intervensi
-
Meningkatkan perilaku
bertanggung jawab
Penetapan
batasan; mengidentifikasi konsekuensi melanggar batasan dan perilaku yang
diharapkan atau yang dapat diterima. Menjelaskan perilaku bermasalah dan
mempertahankan klien tetap focus pada dirinya.
-
Membantu klien
menyelesaikan masalah dan mengendalika emosi.
Ajarkan
individu (klien) untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan mengatasi emosi
marah atau frustasi.
-
Meningkatkan performa
peran, mengidentifikasi hambatan untuk menjalankan peran, dan mnegurangi atau
mengehentikan penggunaan obat-obatan dan alcohol.
Contoh kasus
Jakarta
- Mujianto alias Menthok alias Genthong (24), tersangka pembunuhan di Nganjuk,
Jawa Timur, diduga memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat. Sebagai
seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa empati.
"Secara teoritis kasus
pembunuhan ini, pelaku memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat,"
ujar ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati, saat
berbincang dengan detikcom, Kamis (16/2/2012).
Dalam teori psikologi, seorang yang
masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada dan
memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti ada yang salah dari masa
kecil dia (Mujianto) sehingga aturan itu tidak dipahami scara baik," kata
Yusti.
Sifat egosentris yang dimiliki oleh
Mujianto membuat dirinya sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak
cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa cemburu yang besar.
"Egosentrisnya tinggi yang
menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas. Itu yang terjadi,"
ucapnya.
Yusti menyebut masalah yang
dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya.
"Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya,"
kata Lita.
Mujianto dalam pengakuannya ke
polisi telah meracuni 15 orang, namun yang baru terungkap 6 orang. Kasus ini
terungkap setelah dua korban selamat, Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47),
melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek,
Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu, pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan
merangkap sebagai pasangan homo J. (fiq/nvt)
Sumber:
http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/mujianto-punya-kecenderungan-psikopat-antisosial?9911012
B.
Gangguan
kepribadian ambang (borderline)
Definisi:
Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Dissorder) adalah gangguan kepribadian yang
mempunyai ciri-ciri utama berupa impulsivitas dan ketidakstabilan hubungannya
dengan orang lain dan mood (Sanislow, Grilo, & McGlashan, 2000). Gangguan
ambang ini pada umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa awal dan lebih
sering terjadi kepada wanita daripada kepada pria dengan prevalensi 1 persen
(Swartz dkk, 1990; Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala:
Kriteria
Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM IV-TR
Terdapat
lima atau lebih kriteria dibawah ini:
· Berupaya
keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar diabaikan
atau hanya dalam bayangannya.
· Ketidakstabilan
atau intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal, ditandai dengan
perpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu waktu dan beberapa waktu
kemudian menistakannya.
· Rasa
diri (sense of self) yang tidak
stabil.
· Perilaku
impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang sangat tidak pantas.
· Perilaku
bunuh diri (baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh mencoba) dan
mutilasi diri yang berulang.
· Kelabilan
emosional yang ekstrem.
· Perasaan
kosong yang kronis
· Sangat
sulit mengendalikan kemarahan
· Pikiran
paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.
Etiologi:
Secara
biologis
Para pasien ambang
memiliki neurotisisme tinggi, suatu trait yang diturunkan secara genetik (Nigg
& Goldsmith,1994).
Teori
objek-hubungan
Otto Kernberg mengemukakan
bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, menyebabkan
anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa aman.
Teori
diathesis-stres dari Linehan
Linehan berpendapat
bahwa gangguan kepribadian ambang terjadi bila orang yang memiliki kemungkinan
genetik (diathesis biologis) berupa kesulitan mengendalikan emosi dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang tidak mempertimbangkan dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta upaya
untuk mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.
![]() |
Intervensi:
· Tingkatkan
keamanan
· Bantu
klien mengatasi dan mengendalikan emosi
· Teknik
restrukturisasi kognitif
Dekatastrofe situasi
Henti pikir
Berbicara positif dengan diri sendiri
· Pengaturan
waktu
Membuat jadwal aktivitas yang tertulis
Membuat daftar aktivitas menyendiri untuk menghilangkan
kebosanan
· Ajarkan
keterampilan sosial
Mempertahankan batasan personal
Harapan realistis dari hubungan
Contoh kasus:
Klien : “Saya
menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya tidak dapat
merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat gugup, merokok
terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah cenderung
„meledak‟. Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya tidak
tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk ini.
Konselor : “Apa contoh
terbaru dari „ledakan‟ itu?”
Klien : “Beberapa
bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan! Saya mencoba mengontak
pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya..Saya tidak tahu dimana dia berada.
Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya tidak punya siapa-siapa untuk
diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan makin dan semakin kacau.
Klien :
“…Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan menancapkannya di
lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya melakukan hal itu karena saya tidak
peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa saya harus
melakukan sesuatu yang dramatis….”.
C.
Gangguan
kepribadian histrionik
Definisi:
Gangguan histrionik ini diperuntukkan bagi orang-orang
yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini cenderung
terjadi di kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan dengan pasangannya
dan dihubungkan dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk,
1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan
prevalensi 2 persen.
Gejala:
Kriteria gangguan
kepribadian histrionik dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau
lebih ciri-ciri di bawah ini:
· Kebutuhan
besar untuk menjadi pusat perhatian
· Perilaku
tidak senonoh secara seksual tidak pantas
· Perubahan
ekspresi emosi secara cepat
· Memanfaatkan
penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada dirinya
· Bicaranya
sangat tidak tepat, penuh semangat mempertahankan pendapat yang kurang memiliki
detail
· Berlebihan,
ekspresi emosional yang teatrikal
· Sangat
mudah disugesti
· Menyalahartikan
hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
Etiologi:
Teori psikoanalisa berpendapat bahwa emosionalitas dan
ketidaksenonohan perilaku secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan
orangtua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi emosi yang
berlebihan dipandang sebagai simtom-simtom konflik tersembunyi tersebut dan
kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk
mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang rendah
(Apt & Hurlbert, 1994; Stone, 1993).
Intervensi:
· Ajarkan
keterampilan sosial
· Berikan
umpan balik faktual tentang perilaku
Contoh kasus:
Film A Streetcar Named Desire menceritakan kisah Blanche DuBois,
seorang wanita, yang menarik muda genit tapi bermasalah, yang pindah ke New
Orleans untuk tinggal bersama kakaknya, Stella dan suaminya, Stanley Kowalski
setelah kematian suaminya.
Blanche kurang dari jujur tentang dirinya sendiri. Dia mencoba untuk menggunakan pesonanya untuk memanipulasi orang dan menutupi masa lalunya, termasuk bunuh diri suaminya, hubungan sementara dengan laki-laki, alkoholisme nya, kehilangan rumah dan bahwa dia dipecat sebagai guru karena berselingkuh dengan seorang mahasiswa.
Suami Stella, Stanley, memainkan peran seorang narsisis yang kasar, yang dominasi dan kontrol ditantang oleh kedatangan Blanche. Blanche mencoba untuk mengekspos, menghadapi dan mengeksploitasi kerentanan nya. Marah dengan hal ini dan akhirnya menemukan kesempatan, Stanley serangan brutal Blanche, pertama pada tingkat emosional, maka pada satu fisik. Pada akhirnya, dia membagi-bagikan-nya dingin ke fasilitas psikiatri, sehingga dirinya kembali ke posisi dominasi.
Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler kodependen, mencoba untuk menenangkan Stanley dan Blanche.
D.
Gangguan
kepribadian narsistik
Definisi
Orang-orang yang
memiliki gangguan kepribadian narsisistik akan memiliki pandangan yang
berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka akan terokupasi (terpaku) pada pikiran-pikiran
mengenai pentingnya diri mereka (self-importance)
dan dengan fantasi-fantasi mengenai kekuatan (power) dan keberhasilan (succes)
dan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang lebih superior (berkuasa)
atas banyak orang.
Gejala
a.
Sindrom : Narsistik Suatu jenis gangguan yang memiliki
karakteristik perasan yang berlebihan akan kepentingan diri dan self-absorption.

Simptom :
§ Pandangan
yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi.
§ Terfokus
pada keberhasilan, kecerdasan, dan kecantikan diri.
§ Kebutuhan
ekstrem untuk dipuja.
§ Perasaan
kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu.
§ Kecenderungan
memanfaatkan orang lain.
§ Iri
pada orang lain.
Etiologi Gangguan
Kepribadian Narsisistik
Menurut
Heinz Kohut, diri muncul di awal kehidupan sebagai suatu struktur bipolar
dengan grandiose yang tidak matang di satu ktub dan idealisasi berlebihan
terhadap orang lain yang bersifat tergantung di kutub lainnya. Kegagalan untuk
mengembangkan harga diri yang sehat terjadi bila orang tua tidak merespon
dengan baik kompetensi yang di tunjukkan anak-anak mereka, yaitu si anak tidak
dihargai berdasarkan makna dirinya sendiri, namun dihargai sebagai alat untuk membangun
harga diri orang tua.
Intervensi
Pendekatan
yang dilakukan untuk klien yang mengalami gangguan narsistik ialah pendekatan
sesuai fakta. Dalam melakukan terapi yang diperlukan ialah kerjasama dan
ajarkan klien keterampilan perawatan diri sesuai kebutuhannya.
Contoh
Kasus
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal
40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog
untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat
menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat
terapis mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu
barunya. David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan
berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis tersebut. David
sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan seseorang yang
terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis
dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan
keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan
keberhasilannya hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak
mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya.
Tidak lama setelah dia memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan
isterinya karena tidak lagi membutuhkan bantuan ekonomi dari sang istri.
Setelah perceraian tersebut, David memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk
menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri,
misalnya dengan menghias apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat
menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang
sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi
pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi
mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan,
ataupun memiliki kekayaan berlimpah
http://nurawlia.wordpress.com/2009/11/21/gangguan-kepribadian-narsistik-2/ (sumber : Barlow & Durant, 1995).
III.
Kelompok
C (Kelompok Pencemas/Ketakutan)
A.
Gangguan
kepribadian menghindar
Definisi
Diagnosis gangguan
kepribadian menghindar ditegakkan bagi orang-orang yang sangat takut terhadap
kemungkinan timbulnya kritikan, penolakan, atau ketidaksetujuan dari orang lain
sehingga enggan menjalin hubungan, kecuali jika mereka merasa yakin bahwa
mereka akan disukai.
Mereka
yang mengalami gangguan kepribadian menghindar akan menghindari pekerjaan yang
mengharuskan mereka melakukan banyak kontak interpersonal.
Gejala
a.
Sindrom : Menghindar Suatu
jenis gangguan yang memiliki karakteristik perasan yang berlebihan akan
kepentingan diri dan self-absorption.

Simptom :
§ Menghindari
kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.
§ Keengganan
untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan disukai.
§ Membatasi
diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok.
§ Penuh
kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
§ Merasa
tidak adekuat
§ Merasa
rendah diri
§ Keengganan
ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Etiologi Gangguan
Kepribadian Menghindar
Dalam
Wiramihardja (2007) menyatakan bahwa para ahli kognitif mengatakan bahwa
penderita gangguan ini mengembangkan keyakinan disfungsi mengenai harga diri
sebagai refleksi dari penolakan oleh orang lain yang signifikan pada masa kecil
(Beck & Freeman, 1990). Mereka mengatakan bahwa orang tuanya pasti tidak
menyukainya, pasti menganggap dirinya sebagai orang yang tidak baik.
Intervensi
Memberikan
dukungan dan menenangkan mereka ketika mulai merasa cemas merupakan sesuatu
yang harus dilakukan oleh terapi untuk klien-nya. Ketika mereka mulai tidak berani
untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya atau mulai menutup dirinya
bantulah klien untuk meningkatkan harga dirinya.
Contoh Kasus
Sally,
seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup terisolasi dan tidak punya sahabat.
Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah menarik diri dari hubungan dekat dengan
orang lain untuk menjaga dari perasaan terluka atau dikritik. Dua tahun sebelum
dia masuk terapi, ia punya waktu tertentu untuk pergi ke pesta dengan kenalan
yang ia temui diperpustakaan. saatmereka tiba di pesta, Sally merasa sangat
tidak nyaman karena dia tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia terburu-buru
pergi dan menolak untuk melihatnya kenalan lagi. Pada sesi pengobatan awal, dia duduk
diam cukup lama, ia terlalu sulit untuk berbicara tentang dirinya sendiri.
Setelah beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai terapisnya. Dia terkait
insiden ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku alkoholis
ayahnya yang menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba untuk
menjaga tentang masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya, namun sudah
tidak mungkin maka dia membatasi persahabatannya, untuk melindungi diri dari
kemungkinan malu atau kritikan. Ketika
Sally pertama kali memulai terapi, ia menghindari diri untuk bertemu orang yang
bisa dipastikan bahwa mereka "seperti dia." Dengan terapi yang
berfokus pada keterampilan sosial, peningkatan mulai tampak, ia membuat
beberapa kemajuan pada kemampuannya untuk mendekati orang dan berbicara dengan
mereka.
Sumber
: http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Avoidant+Personality+Disorder diunduh pada tanggal
13 Maret 2013 pukul 23.46
B.
Gangguan
kepribadian dependen
Definisi
Gangguan
kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan kurangnya perasaan
otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang lemah dan orang lain
sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam DSM secara umum menggambarkan
orang yang mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat
pasif.
Gejala
Kriteria
gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah sebagai berikut:
· Sulit
mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain.
· Membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar aspek
kehidupannya yang utama.
· Sulit
tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.
· Sulit
melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
· Melakukan
hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk mendapatkan
persetujuan dan dukungan orang lain.
· Merasa
tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya terhadap
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
· Berupaya
untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya
saat ini berakhir.
· Dipenuhi
ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Etiologi
Psikoanalitis
Melihat gangguan kepribadian dependent ini adalah
hasil dari fiksasi fase oral perkembangan psikoseksual. Para pengasuhnya sangat
mengikuti apa yang dibutuhkan penderita di masa kecil atau menuntut perilaku
dependent dari penderita sebagai imbalan dari pengasuhnya. Akibatnya mereka
tidak dapat mengembangkan perilaku sehat yang tidak tergantung pada pengasuhnya
itu.
Intervensi
Klien
penderita gangguan ini sebenarnya akan sering mengunjungi terapi untuk
menangani segala masalahnya, tapi sebenarnya di situlah masalah terjadi. Klien
jadi tidak ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Terapi yang cocok
diguanakan menurut Milon et.all,2000 dalam Nolen, Susan;2006 adalah
NONDIRECTIVE dan HUMANISTIK
terapi. Hal ini dikarena dalam dua terapi tersebut terapis bukan menjadi pusat
yang menentukan pembicaraan, namun klien lah yang berhak membawa ke arah mana
terapi berlangsung dan juga dapat
membangun otonomi dan keyakinan diri pada penderita.
Terapi
KOGNITIF-BEHAVIORAL juga cukup membantu klien meningkatkan perilaku asertif,
menurunkan kecemasan, dan melawan keyakinan untuk tergantung pada orang lain.
Contoh
kasus
Mila, sebut saja begitu. Seorang
mahasiswa tingkat tiga di salah satu Universitas ternama di kota Makassar. Mila
dalam keseharian dikenal sebagai seorang mahasiswa yang ramah oleh
teman-temannya. Tidak ada yang salah dalam perilakunya, namun lain halnya bagi
teman-teman dekat Mila. Mereka merasa bahwa Mila memiliki kecemasan yang
berlebihan, sehingga setiap saat harus ditemani oleh temannya. Terutama dalam
hal-hal yang membutuhkan pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku Mila yang
terlalu bergantung pada orang lain cukup mengganggu, mereka mengkhawatirkan apa
yang akan terjadi jika tidak ada mereka disamping Mila.
Setelah melakukan wawancara langsung
dengan Mila yang dibungkus dalam bentuk curhat-curhatan, Mila mengaku bahwa ia
menjadi seperti itu karena Mila yang juga merupakan anak bungsu dan
satu-satunya anak perempuan di keluarganya sewaktu kecil segalanya diuruskan
oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Mila mengatakan bahwa pernah sekali ia
bermain dengan ayahnya, ketika sang ayah tidak melihat Mila yang tengah
bersembunyi dibalik tembok dan tiba-tiba mengagetkan ayahnya. Namun, ternyata
ayahnya langsung jatuh dan kejang-kejang sambil memegang dadanya, dan setelah
dirujuk ke dokter diketahui bahwa ayahnya terkena penyakit jantung. Mila sangat
sedih dan ketakutan dan mengaku bahwa saat itulah pertamakalinya ia dimarahi
habis-habisan oleh kakak-kakaknya.
C.
Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif
Definisi
Kepribadian
obsesif-kompulsif adalah individu yang perfeksionis, terfokus berlebihan pada
detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang yang memiliki kepribadian ini
sangat fokus pada detail sehingga tidak jarang mereka tidak pernah
menyelesaikan proyek. Orientasi mereka pada pekerjaan dan bukan pada kesenangan.
Maka dari itu mereka sering mengalokasikan waktu karena takut terfokus pada hal
yang salah.
Gejala
Kriteria
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada DSM-IV-TR adalah sebagai berikut:
· Terfokus
secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas
terabaikan.
· Perfeksionis
ekstrim, hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan.
· Pengabdian
berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan.
· Tidak
fleksibel tentang moral.
· Sulit
membuang benda-benda yang tidak berarti.
· Enggan
mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya.
· Kikir.
· Rigid
dan keras kepala.
Etiologi
Dalam
hal biologis
Banyak korban
trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf pusat kemudian mengalami
OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang mengkaji metabolism glukosa pada
nucleus kaudatus dan girus orbital pada ganglia basal otak memperlihatkan
perbedaan pada individu yang mengalami OCD dan yang tidak. (keperawatan jiwa
hal.330)
Intervensi
Obsesif-kompulsif disorder
Terapi
behavioral dapat digunakan untuk menurunkan perilaku obsesif kompulsif
seseorang. Dalam proses terapi yang dilakukan, klien diminta untuk mengubah jadwal
perilaku kebiasaannya. Ketika seseorang merasa cemas selama proses pengubahan
jadwal kebiasaannya, maka pada pertemuan selanjutnya terapis harus membantu
untuk mengurangi kecemasannya. Dorong
untuk bernegosiasi dengan orang lain, bantu klien untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Contoh
Kasus
Bernice berusia 46 tahun saat mulai
menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani terapi. Gangguan
obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu, tidak lama setelah kematian
ayahnya.
Bernice terobsesi ketakutan
mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang secara tidak jelas dikaitkan dengan
kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman bersentuhan dengan kayu,
“objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas kaleng, dan “noda perak”
(peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-objek
tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice
melakukan berbagai ritual kompulsif yang menghabiskan hampir seluruh waktunya.
Seperti mandi selama 3-4 jam, untuk berulang kali mandi dan diantara waktu
mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari
kuman. Waktu makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu
waktu, mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan
kontaminasi pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan
tersebut, ia mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk
menghilangkan kuman. Hal ini telah meremdahkan nilai kehidupannya hingga hampir
tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telpon